Selasa, 03 Februari 2015

Jalan Lain

    Akhir-akhir ini memang saat-saat paling membingungkan yang gue rasain. Perasaan gue seperti dicampur adukkan dan dibolak-balik. Ya seperti yang sudah diketahui semenjak hubugan gue dengan yang terakhir kandas banyak menyisakan lubang di hati gue. ditambah dengan waktu singkat dia sudah mendapatkan pengganti yang lebih dewasa, bisa bikin dia nyaman, dan dia juga sudah menimbulkan benih-benih cinta yang baru sedangkan gue hanya duduk manis disini. Ya setelah itulah lubang di hati gue makin besar, seseorang yang gue cintai pada akhirnya berpaling juga.

     Semua berasal dari hari naas itu. Setelah beberapa hari gue emang ngerasa kehilangan tapi gue mencoba kuat. Posisinya gue juga lagi ada dirumah liburan sedangkan dia masih disana. Gue masih merasa biasa aja meskipun sudah mulai menimbulkan efek-efeknya. Dan ketika tahun akan berganti dan gue tau dia ga pulang, gue mulai gelisah pengen rasanya ketemu banget sebelum gue berangkat lagi. Namun sayang, harapan itu kandas juga. Gue sempet minta saran sama kakak kelas gue, dan dia Cuma bilang ya jalani aja. padahal disaat itu gue udah berubah. Namun tidak ada yang mendukung buat gue ngeperjuangin dia. Hari-hari gue jalani dirumah dengan biasa, tidak ada yang istimewa. Gue berharap hape gue yang bunyi itu ada sms dari dia. Tapi tidak ada. Ketika dia smspun, semua udah berubah. Bahkan ketika dia minta ditelfon, dan gue telfon dia ga menunjukan ekspresi kehilangan, sedih dll. Biasa aja seperti tidak terjadi apa-apa.
      Dari situ gue mulai mencoba buat seperti dia. Mencoba kuat dan menghilangkan semua pikiran dia dari benak gue. dan gue masih percaya sama dia. Hingga tiba waktunya dimana hari itu datang dan bikin hati gue bahkan tidak ada yang tersisa. Lubang-lubang itu sudah ambruk bersamaan kenyataan yang gue lihat. Tidak ada feeling apa-apa tentang dia kalo ternyata dia udah punya pengganti gue. gue kecewa harapan besar gue sama dia sirna. Karena ga mau gitu aja, gue ungkapin semua yang ada di perasaan gue, dan dia hanya menanggapinya dengan biasa dia tidak mengerti apa yang gue rasain. Ini lebih dari yang dia rasakan. Ketika gue mencoba berdiri bangkit dari itu semua, dan ketika gue memastikan dia maunya gimana ternyata gue mendapat angin segar, sedikit fakta kalo dia juga belum sepenuhnya lepas dari gue. dan dia mengijinkan gue buat ngeperjuangin dia lagi. Tapi perjuangan seperti apa yang bisa gue lakuin buat ngerebut hatinya lagi? Gue cuman bisa berdiam diri. Dan senjata yang gue luncurkan bukan menemuinya setiap hari, ngajak dia makan bareng, maen ketempat yang dia suka, bukan karena itu semua udah menjadi senjata pengganti gue. kalo seperti ini terus gue jelas-jelas kalah. Gue cuman bisa mengirim pesan-pesan yang dulu dia kirim ke gue, sekedar mengingatkan apa yang pernah kita lakukan bersama, waktu yang kita habiskan berdua, suka duka yang kita rasakan bersama, gue Cuma bisa seperti itu berharap dia kembali tapi akhirnya nol.
       Hingga tiba dimana gue kembali ke kampus lagi. Dan itu benar-benar hal yang baru buat gue. padahal gue udah habiskan satu semester disini dan ketika gue dateng lagi, seperti mahasiswa baru lagi. Bukan, tapi lebih ke merasa ada yang kurang seperti kehilangan sesuatu yang biasanya nemenin gue. tapi sekarang sudah tidak ada. Sebelum itu gue Cuma bisa nepatin janji gue kedia. Mengirim barang yang sudah menjadi kesepakatan, dan dia biasa aja. padahal gue berharap dia bisa menanggapi lebih tapi ternyata sudah tidak lagi seperti dulu. Bahkan janji gue yang juga udah beli ini itu dia malah udah ngga mengharapkan lagi. Tidak sampai disitu, ketika gue coba menghubungi dia. Dia lagi bareng dengan cowoknya yang baru. Dan bahkan suatu malam ketika gue mencoba menghubunginya, ternyata cowoknya yang jawab. Gue mencoba terima dan ngaca diri gue sendiri. Dalam hati gue udah pengen menyerah, bilang ke diri gue sendiri, yuan udah dia udah bahagia dengan yang sekarang bahkan dia juga udah punya perasaan sama cowoknya dan dia ga mundur sama lo lagi. Lo udah ga ada apa2nya lagi. Hanya kata-kata seperti itu yang bisa bikin gue sadar untuk tidak mengharapkannya lagi. Tapi di sisi lain gue belum bisa bohong. Dan lagi suatu malam ketika gue juga pengen menghubungi dia hanya untuk sebentar saja, ternyata dia lebih memilih untuk menerima dari cowoknya dan gue dia acuhkan.
        Harapan apalagi yang harus gue gantungkan kedia ? Bahkan semua harapan gue udah dia jatuhkan dengan mudah dia patahkan seakan gue sudah dipandang sebelah mata atau bahkan dia bener-bener menutup mata dan dibutakan dengan cowoknya yang baru yang bisa membuatnya nyaman, bahagia, dan menjadi cahaya barunya. Semua itu dia patahkan, ketika gue mencoba melihatnya dia selalu menyebutkan cowonya di setiap media sosial. Seakan mereka tersenyum kearah gue dengan senyum puas penuh kebahagiaan. Sedangkan gue hanya bisa memukul-mukul dada melihat apa yang terjadi dengan gue. ada kabar baik yang datang seperti setahun sekali, kabar baiknya ya menurut gue ketika dia teringat akan dulu dan dia kasih tau ke gue. dan gue lega ternyata gue masih ada setitik dalam hatinya. Tapi keesokannya sudah tidak nampak lagi.
       Gue udah capek dengan semua ini. Gue juga pengen seperti dia. Padahal dulu gue pengen semester dua ini gue bisa bener-bener buat lepas dari dia dengan semua kegiatan gue dikampus kesibukan gue dengan kuliah gue. tapi apa yang gue dapet, ternyata mata kuliah yang gue dapet lebih sedikit dan bahkan udah ga ada kelas malam lagi jadi waktu senggang gue makin banyak bahkan ketika weekend menjadi neraka buat gue. dimana gue selalu tertinggal, sendiri dan hanya bisa terdiam. Gue pengen pokus buat sekolah gue tapi ga bisa, gue pengen belajar tapi ga bisa, gue cuman pengen memanfaatkan waktu gue dengan baik tapi pada akhirnya gue selalu terdiam. Berbanding terbalik dengan dulu yang men-surgakan akhir pekan ini, tapi sekarang hanya ada neraka di weekend gue.
       Semua usaha udah gue lakuin, dari mulai tidak memikirkannya menjauh dari darinya dan yang selalu gue lakuin adalah berdoa. Dan dari situ gue dapet petunjuk dan menjadikan gue mengambil hikmah dari yang gue alamin. Semua ini gue jadikan pelajaran, bahkan penyesalan itu gue balikkan sebagai sebuah keberkahan meskipun butuh waktu lama untuk membalikkannya. Dan perlahan-lahan Tuhan ngasih jawaban ke gue. ketika kita udah ga saling komunikasi lagi, dia sedang asik dengan cowoknya, Tuhan berikan sosok yang sudah lama gue kenal. Yang dulunnya gue sukai. Dan dia selalu nemenin gue. tidak sungkan mendengarkan keluhan gue dan bertahan dengan perasaannya meskipun dia tau apa yang udah gue alamin. Hanya saja perasaan gue kedia belum muncul ke permukaan, dan gue lagi berusaha mencarinya dan memunculkannya kembali ke permukaan. Hanya saja karena gue udah lama ga ketemu, gue juga seperti pengen memastikannya. Dan dia yang menemani hari-hari gue. kenapa gue ga bertindak lebih jauh. Gue cuman pengen menjaga perasaannya, gue ga mau terburu-buru ketika perasaan gue masih didominasi kepada sebelumnya. Tapi gue juga ga mau kehilangan dia dan disatu sisi gue masih mengharapkan yang sebelumnya kembali meskipun harapan itu semakin memudar. Gue yang udah diberi ujian masih saja bertindak egois, seakan tidak kenal takut apa yang nanti akan gue dapetin. Gue juga cuman menjalani jalan yang telah Tuhan kasih gue untuk saat ini saja, tidak ingin terburu-buru dan memaksakan keinginan gue.
      Setelah lama gue ga dapet kabar dari sebelumnya. Dan ketika gue udah mulai melepaskannya. Dia selalu memberi kabar baik ke gue sehingga harapan itu selalu muncul lagi. Dan ketika kita udah sama2 punya orang yang deket dengan kita. Meskipun kedekatan gue sama yang sekarang ga sedekat mereka yang udah menghabiskan waktu bersama banyak, mengabadikan moment yang terjadi diantara mereka, gue cuman bisa lewat pesan dan suara. Bahkan gue kalah telak untuk bisa berdiri sedangkan dia sudah berdiri dan berjalan dengan cowoknya. Dan pada akhirnya entah jalan seperti apa. Ketika gue menulis tulisan yang kemarin, dia datang kepada gue dan bilang apa yang dia rasain sekarang. Awalnya gue lega kalau dia masih belum lepas juga dari gue. tapi bukan berarti gue mentertawakan dia yang sedang memirkan apa yang dia rasain. Gue juga tau betul apa yang dia rasain. Tapi dia belum tau betul apa yang gue rasain. Dan keesokannya dia bilang ke gue kalau dia mengirim pesan kepada cewek yang deket sama gue. dan gue udah tau isinya secara garis besar bahwa dia seperti menyerah dan bilang ke gebetan gue buat jagain gue dan arahin ke gue ke jalan yang bener. Gue seperti anak yatim piatu yang diserahterimakan hak asuhnya dari ibu kandungnya yang sebenarnya tidak tega tapi terpaksa melakukannya dengan pemikiran gue bakal lebih baik dengan ibu baru. Dia salah. Dan ketika gue mau mengklarifikasi itu dan minta ijin sama ibu baru gue, dia dengan baiknya mengiyakan meskipun gue tau apa yang dia rasain. Dan dia kecewa banget sama gue bahkan setelah sejauh inipun gue masih tidak bisa membalas budi, anak yang durhaka.
         Tapi ya seperti inilah kehidupan, pada akhirnya gue sendiri lagi. Dia udah sama cowoknya yang baru meskipun dia bilang bahwa cowok barunya juga bikin dia ragu. Pengen gue masuk kembali tapi sudahlah dia juga udah punya perasaan. Toh ketika nanti gue ketemu ama dia mengklarifikasikan dan memastikan kedepannya, pada akhirnya yang gue tunggu2 tidak kunjung datang. Dan alhasil kesendirian yang hanya akan menjadi hadiah buat gue. dia kembali sama cowoknya dan ketika dia berangkat lagi sudah menjadi hukum pasti mereka akan menghabiskan waktu bersama lagi dan perasaan dia akan makin besar dan melupakan gue. dan gebetan gue entah dia mau menerima lagi atau tidak hanya saja gue ga mamu buat dia lebih jauh lagi masuk kekehidupan gue yang kelam yang pada akhirnya hanya akan menyakitinya. Mungkin gue juga akan menjauh darinya untuk menghindari kenyataan pahit yang akan dia hadapi. Dan balesan gue atas apa yang gue lakuin sekarang adalah nanti setelah keputusan itu, gue bakal bener2 sendiri. Ya mudah-mudahan gue bisa melewatinya dan mengilhami apa yang terjadi dan menjadikannya pelajaran bukan sebagai penyesalan. Gue udah dewasa sedikit, gue udah harus berhenti bersikap egois. Biarkan mereka bahagia dengan jalan mereka sendiri dan gue menjalani jalan yang lain yang Tuhan sediakan buat gue.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A Name of a Story 2

Neisyara Hanandya Setyana, itulah nama yang akhirnya gw dan istri gw berikan. Lahir di RS Hermina Bekasi Februari 2025. Anak pertama dari in...