Selasa, 03 Februari 2015

Organisasi ?!



                Setelah satu semester gua di dunia kampus. Belum sedikitpun gue terjun langsung di yang namanya UKM atau ORMAWA. Gue hanya tau mereka tanpa mengenalnya lebih jauh lagi. Sempet ada harapan buat aktif di berbagai organisasi seperti waktu SMA dulu. Namun sayang, UKM yang awalnya gue ikutin pada akhirnya gue ga pernah hadir ya salah satu alasannya bentroknya jadwal kuliah gue dengan kegiatan mereka meskipun gue udah merogoh kocek yang tidak sedikit ya cukup buat dua kali makan hasilnya juga mengecewakan. Dan lantas semester pertama kemaren gue hanya jadi kupu-kupu pagi siang malam. Namun bukan itu yang gue harapkan. Gue pengen melanjutkan keaktifan gue di organisasi seperti ketika gue di SMA sampai menjabat siswa paling tinggi di SMA gue.
                Tidak ada yang menyangka gue bakal menjadi seorang Ketua OSIS SMA Negeri gue yang meskipun di kampung tapi kualitas sekolahnya ga kalah sama di kota. Bagaimana bisa seorang gue bisa seperti itu yang bahkan ketika SMP pun gue malah phobia sama yang namanya OSIS dan organisasi-organisasi  yang ada disekolah. Lantas kenapa ?

Jalan Lain

    Akhir-akhir ini memang saat-saat paling membingungkan yang gue rasain. Perasaan gue seperti dicampur adukkan dan dibolak-balik. Ya seperti yang sudah diketahui semenjak hubugan gue dengan yang terakhir kandas banyak menyisakan lubang di hati gue. ditambah dengan waktu singkat dia sudah mendapatkan pengganti yang lebih dewasa, bisa bikin dia nyaman, dan dia juga sudah menimbulkan benih-benih cinta yang baru sedangkan gue hanya duduk manis disini. Ya setelah itulah lubang di hati gue makin besar, seseorang yang gue cintai pada akhirnya berpaling juga.

     Semua berasal dari hari naas itu. Setelah beberapa hari gue emang ngerasa kehilangan tapi gue mencoba kuat. Posisinya gue juga lagi ada dirumah liburan sedangkan dia masih disana. Gue masih merasa biasa aja meskipun sudah mulai menimbulkan efek-efeknya. Dan ketika tahun akan berganti dan gue tau dia ga pulang, gue mulai gelisah pengen rasanya ketemu banget sebelum gue berangkat lagi. Namun sayang, harapan itu kandas juga. Gue sempet minta saran sama kakak kelas gue, dan dia Cuma bilang ya jalani aja. padahal disaat itu gue udah berubah. Namun tidak ada yang mendukung buat gue ngeperjuangin dia. Hari-hari gue jalani dirumah dengan biasa, tidak ada yang istimewa. Gue berharap hape gue yang bunyi itu ada sms dari dia. Tapi tidak ada. Ketika dia smspun, semua udah berubah. Bahkan ketika dia minta ditelfon, dan gue telfon dia ga menunjukan ekspresi kehilangan, sedih dll. Biasa aja seperti tidak terjadi apa-apa.
      Dari situ gue mulai mencoba buat seperti dia. Mencoba kuat dan menghilangkan semua pikiran dia dari benak gue. dan gue masih percaya sama dia. Hingga tiba waktunya dimana hari itu datang dan bikin hati gue bahkan tidak ada yang tersisa. Lubang-lubang itu sudah ambruk bersamaan kenyataan yang gue lihat. Tidak ada feeling apa-apa tentang dia kalo ternyata dia udah punya pengganti gue. gue kecewa harapan besar gue sama dia sirna. Karena ga mau gitu aja, gue ungkapin semua yang ada di perasaan gue, dan dia hanya menanggapinya dengan biasa dia tidak mengerti apa yang gue rasain. Ini lebih dari yang dia rasakan. Ketika gue mencoba berdiri bangkit dari itu semua, dan ketika gue memastikan dia maunya gimana ternyata gue mendapat angin segar, sedikit fakta kalo dia juga belum sepenuhnya lepas dari gue. dan dia mengijinkan gue buat ngeperjuangin dia lagi. Tapi perjuangan seperti apa yang bisa gue lakuin buat ngerebut hatinya lagi? Gue cuman bisa berdiam diri. Dan senjata yang gue luncurkan bukan menemuinya setiap hari, ngajak dia makan bareng, maen ketempat yang dia suka, bukan karena itu semua udah menjadi senjata pengganti gue. kalo seperti ini terus gue jelas-jelas kalah. Gue cuman bisa mengirim pesan-pesan yang dulu dia kirim ke gue, sekedar mengingatkan apa yang pernah kita lakukan bersama, waktu yang kita habiskan berdua, suka duka yang kita rasakan bersama, gue Cuma bisa seperti itu berharap dia kembali tapi akhirnya nol.
       Hingga tiba dimana gue kembali ke kampus lagi. Dan itu benar-benar hal yang baru buat gue. padahal gue udah habiskan satu semester disini dan ketika gue dateng lagi, seperti mahasiswa baru lagi. Bukan, tapi lebih ke merasa ada yang kurang seperti kehilangan sesuatu yang biasanya nemenin gue. tapi sekarang sudah tidak ada. Sebelum itu gue Cuma bisa nepatin janji gue kedia. Mengirim barang yang sudah menjadi kesepakatan, dan dia biasa aja. padahal gue berharap dia bisa menanggapi lebih tapi ternyata sudah tidak lagi seperti dulu. Bahkan janji gue yang juga udah beli ini itu dia malah udah ngga mengharapkan lagi. Tidak sampai disitu, ketika gue coba menghubungi dia. Dia lagi bareng dengan cowoknya yang baru. Dan bahkan suatu malam ketika gue mencoba menghubunginya, ternyata cowoknya yang jawab. Gue mencoba terima dan ngaca diri gue sendiri. Dalam hati gue udah pengen menyerah, bilang ke diri gue sendiri, yuan udah dia udah bahagia dengan yang sekarang bahkan dia juga udah punya perasaan sama cowoknya dan dia ga mundur sama lo lagi. Lo udah ga ada apa2nya lagi. Hanya kata-kata seperti itu yang bisa bikin gue sadar untuk tidak mengharapkannya lagi. Tapi di sisi lain gue belum bisa bohong. Dan lagi suatu malam ketika gue juga pengen menghubungi dia hanya untuk sebentar saja, ternyata dia lebih memilih untuk menerima dari cowoknya dan gue dia acuhkan.
        Harapan apalagi yang harus gue gantungkan kedia ? Bahkan semua harapan gue udah dia jatuhkan dengan mudah dia patahkan seakan gue sudah dipandang sebelah mata atau bahkan dia bener-bener menutup mata dan dibutakan dengan cowoknya yang baru yang bisa membuatnya nyaman, bahagia, dan menjadi cahaya barunya. Semua itu dia patahkan, ketika gue mencoba melihatnya dia selalu menyebutkan cowonya di setiap media sosial. Seakan mereka tersenyum kearah gue dengan senyum puas penuh kebahagiaan. Sedangkan gue hanya bisa memukul-mukul dada melihat apa yang terjadi dengan gue. ada kabar baik yang datang seperti setahun sekali, kabar baiknya ya menurut gue ketika dia teringat akan dulu dan dia kasih tau ke gue. dan gue lega ternyata gue masih ada setitik dalam hatinya. Tapi keesokannya sudah tidak nampak lagi.
       Gue udah capek dengan semua ini. Gue juga pengen seperti dia. Padahal dulu gue pengen semester dua ini gue bisa bener-bener buat lepas dari dia dengan semua kegiatan gue dikampus kesibukan gue dengan kuliah gue. tapi apa yang gue dapet, ternyata mata kuliah yang gue dapet lebih sedikit dan bahkan udah ga ada kelas malam lagi jadi waktu senggang gue makin banyak bahkan ketika weekend menjadi neraka buat gue. dimana gue selalu tertinggal, sendiri dan hanya bisa terdiam. Gue pengen pokus buat sekolah gue tapi ga bisa, gue pengen belajar tapi ga bisa, gue cuman pengen memanfaatkan waktu gue dengan baik tapi pada akhirnya gue selalu terdiam. Berbanding terbalik dengan dulu yang men-surgakan akhir pekan ini, tapi sekarang hanya ada neraka di weekend gue.
       Semua usaha udah gue lakuin, dari mulai tidak memikirkannya menjauh dari darinya dan yang selalu gue lakuin adalah berdoa. Dan dari situ gue dapet petunjuk dan menjadikan gue mengambil hikmah dari yang gue alamin. Semua ini gue jadikan pelajaran, bahkan penyesalan itu gue balikkan sebagai sebuah keberkahan meskipun butuh waktu lama untuk membalikkannya. Dan perlahan-lahan Tuhan ngasih jawaban ke gue. ketika kita udah ga saling komunikasi lagi, dia sedang asik dengan cowoknya, Tuhan berikan sosok yang sudah lama gue kenal. Yang dulunnya gue sukai. Dan dia selalu nemenin gue. tidak sungkan mendengarkan keluhan gue dan bertahan dengan perasaannya meskipun dia tau apa yang udah gue alamin. Hanya saja perasaan gue kedia belum muncul ke permukaan, dan gue lagi berusaha mencarinya dan memunculkannya kembali ke permukaan. Hanya saja karena gue udah lama ga ketemu, gue juga seperti pengen memastikannya. Dan dia yang menemani hari-hari gue. kenapa gue ga bertindak lebih jauh. Gue cuman pengen menjaga perasaannya, gue ga mau terburu-buru ketika perasaan gue masih didominasi kepada sebelumnya. Tapi gue juga ga mau kehilangan dia dan disatu sisi gue masih mengharapkan yang sebelumnya kembali meskipun harapan itu semakin memudar. Gue yang udah diberi ujian masih saja bertindak egois, seakan tidak kenal takut apa yang nanti akan gue dapetin. Gue juga cuman menjalani jalan yang telah Tuhan kasih gue untuk saat ini saja, tidak ingin terburu-buru dan memaksakan keinginan gue.
      Setelah lama gue ga dapet kabar dari sebelumnya. Dan ketika gue udah mulai melepaskannya. Dia selalu memberi kabar baik ke gue sehingga harapan itu selalu muncul lagi. Dan ketika kita udah sama2 punya orang yang deket dengan kita. Meskipun kedekatan gue sama yang sekarang ga sedekat mereka yang udah menghabiskan waktu bersama banyak, mengabadikan moment yang terjadi diantara mereka, gue cuman bisa lewat pesan dan suara. Bahkan gue kalah telak untuk bisa berdiri sedangkan dia sudah berdiri dan berjalan dengan cowoknya. Dan pada akhirnya entah jalan seperti apa. Ketika gue menulis tulisan yang kemarin, dia datang kepada gue dan bilang apa yang dia rasain sekarang. Awalnya gue lega kalau dia masih belum lepas juga dari gue. tapi bukan berarti gue mentertawakan dia yang sedang memirkan apa yang dia rasain. Gue juga tau betul apa yang dia rasain. Tapi dia belum tau betul apa yang gue rasain. Dan keesokannya dia bilang ke gue kalau dia mengirim pesan kepada cewek yang deket sama gue. dan gue udah tau isinya secara garis besar bahwa dia seperti menyerah dan bilang ke gebetan gue buat jagain gue dan arahin ke gue ke jalan yang bener. Gue seperti anak yatim piatu yang diserahterimakan hak asuhnya dari ibu kandungnya yang sebenarnya tidak tega tapi terpaksa melakukannya dengan pemikiran gue bakal lebih baik dengan ibu baru. Dia salah. Dan ketika gue mau mengklarifikasi itu dan minta ijin sama ibu baru gue, dia dengan baiknya mengiyakan meskipun gue tau apa yang dia rasain. Dan dia kecewa banget sama gue bahkan setelah sejauh inipun gue masih tidak bisa membalas budi, anak yang durhaka.
         Tapi ya seperti inilah kehidupan, pada akhirnya gue sendiri lagi. Dia udah sama cowoknya yang baru meskipun dia bilang bahwa cowok barunya juga bikin dia ragu. Pengen gue masuk kembali tapi sudahlah dia juga udah punya perasaan. Toh ketika nanti gue ketemu ama dia mengklarifikasikan dan memastikan kedepannya, pada akhirnya yang gue tunggu2 tidak kunjung datang. Dan alhasil kesendirian yang hanya akan menjadi hadiah buat gue. dia kembali sama cowoknya dan ketika dia berangkat lagi sudah menjadi hukum pasti mereka akan menghabiskan waktu bersama lagi dan perasaan dia akan makin besar dan melupakan gue. dan gebetan gue entah dia mau menerima lagi atau tidak hanya saja gue ga mamu buat dia lebih jauh lagi masuk kekehidupan gue yang kelam yang pada akhirnya hanya akan menyakitinya. Mungkin gue juga akan menjauh darinya untuk menghindari kenyataan pahit yang akan dia hadapi. Dan balesan gue atas apa yang gue lakuin sekarang adalah nanti setelah keputusan itu, gue bakal bener2 sendiri. Ya mudah-mudahan gue bisa melewatinya dan mengilhami apa yang terjadi dan menjadikannya pelajaran bukan sebagai penyesalan. Gue udah dewasa sedikit, gue udah harus berhenti bersikap egois. Biarkan mereka bahagia dengan jalan mereka sendiri dan gue menjalani jalan yang lain yang Tuhan sediakan buat gue.

Minggu, 01 Februari 2015

Cinta Sepanjang Jalan Part 2



           Dan hal yang paling berkesan buat gue bareng dia itu ketika di SD gue ngadain acara perpisahan kelas sekaligus kenaikan kelas. Acara samenan waktu SD yang hanya diadain dua tahun sekali. Waktu itu antara naik kelas empat atau kelaas  5 lupa gitu. Kelas gue suruh nampilin pementasan legenda jaka tarub. Dan gue ditunjuk sebagai jaka tarubnya. Dan bidadarinya temen2 gue ada tujuh orang. Dan dia juga ikutan.  Entah karena jodoh atau apa. Gue sendiri ga tau ceritanya, tapi disitu diliatin kalo nanti ada adegan Cuma berdua jaka tarub dengan bidadari paling terahir yang diambil selendangnya. Dan ketika latihan dan nentuin siapa yang jadi pemeran itu. Ternyata jatuh kepada Meine. Karena kata pelatihnya diambil karena orang paling kecil gitu. Dan dia terpilih. Betapa senengnya gue saat itu, latihan begitu terasa berbeda dan mungkin gue yang paling semangat paling antusias dan paling rajin. 

               Setelah awal latihan perasaan canggung masih ada sampe ketika latihan adegan berdua yang saling berhadapan yang guenya ngasih balik selendangnya kedia kan diselendangin gitu ama gue dia agak nunduk semua  orang pada teriak cie cie dan bikin gue grogi malu pada akhirnya harus diulang beberapa kali. Dan setelah hapal gerakannya jadi lebih enak. Namun, malapetaka datang ketika ternyata dia ga mau ikutan dan berhenti latihan. Dan pemerannya  diganti dengan yang lain temen gue juga. Tapi gue jadi males dan ga sesemangat dulu. Gue sering ngeluh sama Indah buat bujuk dia ikutan lagi. Gue bahkan sempet mogok latihan kalo ga salah.. tapi ya udahlah sempet beberapa kali latihan sama orang baru. Tapi gue ga ada ekspresi yang seharusnya senyum atau apa gue malah flat. Dan alhasil latihan jadi kacau. Dan tekanan buat dia kembali semakin besar. Dan akhirnya dia kembali mau setelah anak2 kelas, ibu guru dan yang ngelatih turun tangan. Gue jadi semangat lagi dan latihan udah seperti dapet chemistrynya haha. Dan waktu pementasan tiba. Kita didandani layaknya  artis. Dengan pakaian yang seperti beneran dan dengan hiasan ornamen2 bajunya menandai keindahan malam itu. Dan ruang ganti cowok entah seruangan tapi disekat  atau di ruang lain gue  sempet sesekali liat kearah ganti cewek buat liat dia. Tapi ga liat2 dan akhirnya waktunya pementasan. Saat2 paling indah ketika bidadari yang 6 lainnya  terbang dengan artian meninggalkan panggung, tinggalah gue sama dia diatas panggung. Kita menari berhadap2an hanya berdua diatas panggung ketika malam2 dan kita menunjukan pertunjukan yang luar biasa. Ada saat dimana kita maju mundur dan akhirnya waktu nyelendangi dia terjadi. Dia membungkuk dan gue pasangin selendangnya dan kita keluar dari atas panggung bersama2. Dan diakhiri dengan suara tepuk tangan yang sangat meriah. Menandakan kita berhasil. Betapa  senangnya waktu itu. Andai di kenyataan juga seperti itu....
                Dan naik kelas 5 dia udah berkerudung. Dan gue juga sempet beberapa kali papacaran dengan orang lain tapi tetep ujung2nya perasaan gue kedia ga  ilang. Ketika kelas lima dia duduk ama cowok yang emang temen gue juga, gue cemburu banget liatnya haha. Parah masih kecil. Gue cuman liatin mereka yang kayaknya lagi asiek. Kesel sebel sampe beberapa hari gue beda ama temen cowok itu dan esok2nya mereka udah ga bareng lagi. Tapi gue juga ga bertindak lebih jauh. Karena tau hasilnya sama aja. jadi dari situ gue kayak yang mulai ngejauhin dia, bicara seadanya dan tidak lebih. Sampai akhirnya kita lulus dari SD dan melanjutkan ke SMP yang berbeda. Tapi bukan berarti gue  lupa. Sempet ada masa dimana gue juga kangen sama dia. Ketika SMP mulai trend hp. Dan gue minta nomernya  ke Indah yang satu sekolah dengan dia. Dan gue sms dia ketika sudah malam, dan parahnya gue malah dicuekin dia seperti yang marah kesel kenapa gitu. Eh taunya besokknya  ganti nomer. Seakan tidak kenal menyerah gue juga minta lagi nomernya sama Indah dan dia kasih. Awalnya gue ga ngasih tau identitas gue menghindari kemarahannya dan nomernya ganti. Tapi lama2 karena terpojok gue  kasih tau meskipun gue udah bilang ada syaratnya yaitu jangan ganti nomer eeh taunya ganti juga. Ga kehabisan akal. Gue pengen kasih hadiah buat dia. Waktu itu lagi trend kalung yang hati berdua gitu. Ketika gue maen dan liat kalung2 gue kepikiran buat beli  kalung hati dan nanti gue kasih ke dia yang satunya lagi. Gue beli deh, malem harinya  gue omongin tuh kalung yang nanti mau dikasih ke dia. Dan besoknya gue titip kalung itu ke Indah buat ngasih ke dia dan bilangin salam dari gue. Seakan tidak terkirim, tidak ada kabar satupun. Ketika gue pulang, gue tanya Indah, dia bilang udah dikasih ke dia. Gue ga tau gimana nasib kalung itu, entah dibuang atau disimpan.
                Kejadian ketika di SMP tidak banyak terjadi hal spesial. Kita dipisahkan oleh jarak. Tapi gue tetep menyukainya dari jauh. Ketika gue liat dia sekilas gue jadi teringat. Bahkan setelah putus dari yang lain juga tetep ga ilang perasaan itu. Bahkan masih pengen ngeperjuangin. Sampe tiba saatnya SMA. Gue SMA di daerah gue sendiri dia sekolah jauh keluar kota disana. Awalnya gue tanya Indah seputar dia nerusin dimana, tapi Indah ga tau. Gue berharap dia sekolah SMA sama dengan gue karena kebanyakan alumni SMPnya  juga sekolah di SMA itu. Ketika gue diterima di papan pengumuman, gue juga nyari nama dia di tiap kelas. Dan nyatanya ga ada. Sedih tapi mau gimana lagi. Dan akhirnya gue tau dia sekolah dimana. Dan sangat jauh. Pantesan gue  meskipun pulang pergi ga liat dia. Ternyata dia ngekost disana dan pulang seminggu sekali.
                Setelah masuk SMA karena sudah terbiasa tidak ada komunikasi dengan dia. Ya gue juga seakan lupa dengannya. Dan guepun sempet beberapa kali pacaran sama orang lain. Hingga gue juga punya pacar yang pernah satu SMP dengannya sebut saja Rahma. Dari situ gue ama dia mulai komunikasi lagi. Tapi masih jarang. Gue juga mungkin saat itu udah ga seantusias dulu ketika punya kontaknya dan ada sms darinya. Jadi biasa aja karena udah didoktrin mungkin sia-sia. Hingga ada saatnya dimana semua itu berubah. Ketika gue masih sama Rahma, ada waktu dimana temen cewe gue dari SD ngadain reunian kecil-kecilan. Niatnya emang banyakan tapi yang datang Cuma berlima, termasuk gue didalamnya. Cowonya Cuma berdua, gue ama temen gue yang dari SD sampe SMP bareng. Dan ceweknya ada Indah, Elis, dan dia sendiri. Dan gue ketika diajak jujur dalam hati seneng.  Karena untuk  pertama lagi bisa ketemu liat dia langsung. Ketika malam itu tiba, Indah jemput dia pake motor gue.  dan kita semua bereuni di rumahnya Elis. Dan gue nyusul. Dan kita ada di ruang makan sambil nunggu apa  lupa. Dari situ gue agak canggung. Wajar yang datang pada saat itu juga udah tau kalo dulunya  gue suka sama dia. Dan kayak seperti pasangan meskipun belum ada kata ikatan. Disitu gue ngajak ngobrol meskipun kaku. Dan ketika gue lihat dia pertama kali. Berbeda dengan waktu SD dulu. Terlihat dewasa dan kawai. Sesekali gue nyuri2 buat ngelihat wajahnya tanpa dia lihat. Dan ketika saat itu hp kita ternyata sama mereknya dan tipenya hanya  beda warna saja. Gue sempet sindir2 tentang jodoh. Ga lama dari situ, karena yang dateng Cuma berlima mau ga mau tetep dijadiin. Dan kita Cuma makan ikan bakar.  Yang perjuangan nangkap ikannya cukup menguras otak. Dan cukup makan waktu lama juga untuk  nangkap  ikan di kolam pada malam hari. Hingga akhirnya tertangkap dan langsung dibakar. Setiap kesempatan gue sengaja  pengen deket2 dengannya  yaa untuk mendekatkan diri  juga dan pengen tau dia juga.
                Ketika makan malam selesei. Dan waktu udah malem, kita berempat  pamit. Dan beruntungnya gue yang nganter dia pulang meskipun tidak berdua. Motor gue jadi korban. Dan harus menanggung beban bertiga. Dan ketika nyampe rumahnya, tidak banyak kata yang terucap dia langsung pulang. Ketika gue pulang bareng Indah, gue cuman berkhayal kapan bisa memilikinya. 
                Setelah berlalu, gue juga sempet komunikasi dengan Elis dan nanyain tentang dia.  Hingga suatu rahasia besar terungkap  ketika gue paksa Elis untuk ngasih tau ke gua. Ternyata selama ini dia juga nyimpen perasaan yang sama ke gue. gue Cuma bisa bengong ga percaya. Dan parahnya Elis malah mojokin gue seperti gue yang salah. Padahal kan gue dulu kurang apa buat dia suka sama gue. tapi ternyata selama ini dia juga suka. Ketika itu gue kelas X. Jadi bisa dibilang dia suka sama gue udah 10  tahun lamanya. Dan kata Elis dia juga ga bisa  suka sama cowok lain. Ketika gue denger itu, percaya ga percaya. Gue harus tanyain kebenarannya ke orangnya langsung. Dan ketika gue tanya dia, ternyata dia membenarkannya. Astagaa gue Cuma bisa bengong lagi. Kenapa harus sekarang gue tau ketika gue udah sama oranglain.  Antara seneng dan bingung. Gue juga ga mau gitu aja putus sama Rahma. Dari situ, gue mulai komunikasi sama dia dan tentu saja nanyain kenapa baru bilang. Berarti selama itu ketika gue deketin atau apa, dia juga senengkan. Tapi hebatnya dia bisa menyembunyikannya. Gue Cuma berpesan sama dia, mudah-mudahan dia masih bisa bertahan dan mempertahankan perasaannya. Karena gue bilang, suatu saat gue pengen miliki dia. Tapi hanya saja komunikasi gue ama dia juga ga terlalu intens dan sering. Gue tetep punya  tanggung jawab sama yang sekarang. Dan ketika pada akhirnya gue ngerasa sakit oleh Rahma, gue juga sempet sakit hati dan pengen rasanya perasaan gue ke Rahma hilang karena suatu alasan yang bikin gue jadi  mundur. Dan saat itu tiba, akhirnya gue sama Rahma berakhir juga. Dan karena gue menikmati hari-hari gue remaja dan disibukkan dengan posisi gue sebagai ketua osis gue jadi lupa sama dia. Karena dari situpun gue agak ragu karena harus gue dulu yang ngabarin dia baru dia ngebales dan kita komunikasi lama dan panjang. Jadi kalo gue ga ngeduluin dia ga ngsms. Dan hingga pada saatnya diwaktu bersamaan gue juga deket sama adek kelas gue  yang di osis. Ketika udah deket, ternyata ada kakak kelas gue juga yang gue baru  tau ternyata nyimpen perasaan sama gue, dan ketika sudah di ujung tanduk eh taunya ada temen seangkatan gue  yang dulu se SMP sama gue. dan waktu itu lagi mau ada kegiatan Pensi dan cewe yang ketiga itu juga jadi panitia. Dari situ gue  juga deket hingga akhirnya gue melabuhkan hati gue ke yang ketiga itu. Dan baiknya gue masih berhubungan baik dengan adek kelas dan kakak kelas itu. Mereka sungguh baik. Jadi mereka juga pantas mendapatkan yang lebih baik dari gue.
                Dan ketika gue udah jalan sama yang ketiga, terkadang juga gue ngsms dia hanya sekedar silaturahmi. Dan dia masih sama pendiriannya. Namun sayang, gue malah udah sama oranglain lagi. Dan gue ga bisa ninggalin gitu aja. hingga akhirnya gue jatuh terlalu dalam sama yang ketiga ini. Dan waktu yang gue jalani sama yang ketiga ini paling lama. Hingga akhirnya gue sama yang ketiga inipun berakhir. Tidak mudah memang terlebih ternyata di waktu yang singkat yang ketiga ini udah dapet pengganti. Kembali gue bersyukur ternyata masih ada yang ngedukung gue. termasuk dia. Dia juga tidak sungkan mendengarkan cerita gue tentang yang ketiga itu. Tapi gue masih belum bisa boong kalo gue masih belum bisa lepas. Tapi disaat itu, kita mulai mendekatkan diri. Dia ngasih semangat ke gue. dan tentunya nasehatin gue. dan itu sangat membantu.  Terlebih ketika dia masih ada perasaan dan tentunya masih suka  sama gue. gue Cuma bisa bilang, bersabar sebentar lagi untuk gue bisa benar2 lepas dari yang ketiga dan bener2 Allah nyabut perasaan itu. Karena tidak ada yang diragukan dari dia. Bahkan saat ini, dia menjadi temen gue. selalu ngasih tau gue ibadah.  Dan tentunya kita sama2 ngerjain kebaikan. Dia bahkan ngebangunin gue buat qiyamul lail dan sama2 mengingatkan. Kadang gue ngerasa ga pantes karena gue udah ga lagi seperti dulu. Mungkin dia sukanya  sama yuan yang dulu bukan sekarang, terlebih ketika dia tau gue udah beberapa kali sama oranglain bahkan dia masih bisa bertahan. Gue ga pengen kehilangan dia.  Gue  hanya  tinggal memunculkan perasaan 12 tahun yang lalu ke permukaan. Ketika dia sudah muncul,  maka gue akan melangkah maju bersama dia. Dan gue bakal bener2 serius dengan dia. Terlebih gue harus mapan dan ngejar tujuan gue. hingga saatnya Allah bener2 menjodohkan gue dengan dia. Dan hal bodoh yang gue lakuin ke  dia ketika SD dengan menukar rambut akan jadi kenyataan. Amin.

A Name of a Story 2

Neisyara Hanandya Setyana, itulah nama yang akhirnya gw dan istri gw berikan. Lahir di RS Hermina Bekasi Februari 2025. Anak pertama dari in...