Selasa, 28 Februari 2017

Dia yang Terbang Sebelum Hinggap

Akhir-akhir ini gua sering kepikiran sama orang yang pernah deket atau biasa dibilang gebetan. Ini karena temen gua tiba-tiba memperlihatkan beberapa fotonya bareng mantannya. Saat itu gua merasa biasa saja karena memang lagi sibuk nonton film di laptop. Tapi waktu sebelum tidur gua merasa terjangkit penyakit temen gua itu. Hingga akhirnya sebelum tidur, gua kembali bernostalgia dengan beberapa percakapan singkat (sms) di handphone gua dan ada satu percakapan yang bikin gua teringat yang saat itu gua merasa deket banget sama dia. Disitu kadang gua tertawa senang sekaligus sedih.

Cerita ini sudah sangat lama sekali, mungkin sudah usang dan berdebu. Namun masih jelas ingatan gua tentang cerita ini dan gua ingin mengabadikannya dalam tulisan gua ini sekaligus mencoba menyampaikan pesan yang tidak bisa tersampaikan secara langsung. Meskipun gua bingung mulainya dari mana karena memang sudah lama sekali. Tapi gua akan coba untuk mengkronologikannya sebaik mungkin.
Saat itu, semester satu sebagai mahasiswa baru di kampus, gua ngerasa ada banyak perbedaan dengan dunia kampus yang gua liat di ftv ataupun yang gua bayangkan. Mulai dari masuk kuliah, berpakaian, dosen, dan masih banyak lagi. Terutama masalah perempuan. Kelas gua, jurusan gua krisis yang namanya perempuan. Hanya ada 3 orang di kelas gua, dan tidak lebih dari 20 orang se angkatan gua di jurusan gua. Itu fakta yang pertama. Fakta yang kedua, berbanding terbalik dengan jurusan lain yang mayoritas cewek semua. Disitu gua ngerasa dizolimi.
Meskipun begitu gua tetap kuliah dengan riangnya. Jadwal kuliah gua terbagi jadi 2 tempat, satu di fakultas dan satu lagi di gedung bahasa. Karena ada beberapa mata kuliah yang umum sehingga dilakukan di luar fakultas. Selebihnya semua mata kuliah dilakukan di fakultas masing-masing. Ada 2 mata kuliah di semester 1 yang dilakukan di ruang bahasa itu. Yaitu, Bahasa Inggris dan PKN. Semua cerita kali ini berasal dari tempat ini.
Bahasa Inggris 1 adalah matkul wajib yang harus diambil maba di semester 1 untuk semua mahasiswa. Selain itu ada program lanjutan diluar kelas yang jadi nilai tambahan Bhs Inggris dengan jadwal fakultas masing-masing. Sehingga gedung bahasa ini selalu penuh dengan maba yang mengikuti program ini. Salah satunya gua dengan jurusan gua.
--- Setengah semester kemudian. ---
Lebih tepatnya entah kapan terjadi, tapi yang jelas semuanya bermula dari sini. Ketika itu gua biasa mengikuti program bahasa inggris ini bareng temen2 sekelas gua. Hingga pada saat itu, gua melihat perempuan yang menarik perhatian gua. Di dalam kelas itu, dia duduk menyamping sehingga gua hanya bisa melihatnya dari samping. Setelah menunggu dengan sabar, akhirnya dia menoleh ke arah gua dan pada saat itu juga gua ngerasa kalo gua suka sama dia. Tapi imajinasi gua terlalu tinggi, setelah kelas selesai kita bubar dan ga ketemu lagi.
Mungkin pada saat inilah Tuhan mendengar doa gua, hingga akhirnya di suatu hari di fakultas gua, dengan tepat gua berpapasan dengannya. Hanya saja, pada saat itu gua hanya sesekali mencuri kesempatan untuk bisa melihatnya lagi, memastikan bahwa pertemuan gua di program itu ga cuman mimpi, sebelum gua bener2 melewatinya. Dari situ gua merasa bahagia, karena ternyata kita satu fakultas.
Gua kembali mengikuti program itu, berharap bisa ketemu lagi ama dia. Nah, gua agak lupa2  ingat. Yang jelas, entah dari mana mulainya. Temen kelas gua, tau ama dia. Bahkan mereka satu ukm gitu. Dan mereka sama2 dari daerah yang sama. Kebahagiaan gua ga berhenti disitu, gua desek temen gua buat ngasih tau namanya dan akun sosialnya. Awalnya temen gua ga sejalan ama gua. Kesuksesan adalah proses sabar yang tidak dirasakan. Sesuatu semacam itu. Karena pada saat itu gua ga terlalu ngotot juga, semuanya mengalir pada waktunya. Kadang gua lupa, kadang ya udahlah mungkin emang bukan jodoh. Tapi berpapasan gua ama dia jadi semakin sering. Karena itulah yang meyakinkan gua ke temen gua dan ga berhenti minta bantuannya.
Hingga akhirnya temen gua ngasih tau namanya, kelasnya, jurusannya, nama daerah rumahnya, bahkan gua udah dapet salah satu akun media sosialnya. Dan pada saat itu juga udah gua add, hanya saja belum saatnya untuk tampil di panggung. Setelah itu gua nyari di medsos lainnya, dengan mengandalkan id line-nya gua cari nama akun dia di instagram. Dan sore hari itu masih inget jelas gua, gua request ig-nya yang di private. Dan taraaaa, beberapa jam kemudian ketika gua cek hp, dia accept ig gua dan langsung di follbacknya malahan ada beberapa foto gua yang dia like. Mungkin dia udah sedikit mengetahui gua dari temen gua itu, mungkin. Makanya sampe langsung di follback dan ngelike segala, mungkin.
Teriak, jingkrak-jingkrak, guling-guling di kasur asrama yang kala itu juga temen2 sekamar ada. Mereka heran dengan tingkah laku gua, dan dengan bangganya gua bercerita ke mereka. Hingga akhirnya temen2 gua tau kalau gua lagi ngedeketin cewek. Dan satu lagi jalan Tuhan yang mencoba mendekatkan gua dengan dia. Temen gua punya temen yang temenan sama dia. Wah gua makin ngerasa udah di restui ama temen2 gua. Dan setelah itu barulah dimulai lembaran perkenalan kedekatan keregangan hubungan gua ama dia.
Malamnya gua langsung chat dia di line, mencoba ngasih tau gua yang tadi follow di ig. Dan beberapa saat kemudian, agak lama sih. Dia bales, bales, dan bales lagi dengan sederhananya. Simple, to the point, singkat padat jelas, dan semua itu bermakna satu, dia cuek. Suatu tantangan buat gua dimana gua harus selalu mencoba bertahan dengan berakhiran ? (tanda tanya) agar percakapan ini tidak berakhir. Dan gua selalu menjadi yang terakhir bales sebelum dia bales lagi esok paginya. Begitu terus seterusnya. Sampai dia lupa bales padahal udah nge-read.
Sebelum sampe situ, masih diawal perkenalan gua udah ngelontarin pertanyaan bodoh. “kamu punya cowok?”. Alasan gua bertanya seperti itu, ya agar gua tau. Kalo dia punya cowok berarti pupus sudah harapan gua kalau engga gua bisa meneruskannya. Tapi setelah gua cerita ke temen2 gua, mereka semua sepakat mengatai  gua, bodoh. Dan reaksi dia ketika bales pertanyaan itu yang sampai sekarang sering dijadiin meme bercandaan temen2 gua ke gua. “Naha jadi bahas eta?”. Ya mungkin kalo face-to-face gua udah gagap. Tapi meski begitu, ga berakhir percakapan gua ama dia. Bahkan gua sempet mintai nomernya atau gua dapet dari temen gua entah, yang jelas kita sms-an untuk beberapa lama. Dan gua masih sering papasan ama dia yang selalu ama temen2nya dengan tingkah sama, melewatinya tanpa satu patah kata. Dan akhirnya dia belum tau gua orangnya yang mana.
Gua terus mencari apa kesukaannya kesenangannya dll tanpa tau kalo yang gua lakuin ini adalah perbuatan bodoh lagi, gua tau kalo dia suka cerita komik detektif jepang yang gua tau ketika gua stalking line-nya, mengajaknya ketemuan buat minta komik atau anime itu, yang jelas2 siapapun pasti takut. Orang asing yang sok kenal, tau tentang apa yang disukanya, dan ngajak ketemuan. Hingga akhirnya dia menjauh dan menghilang. Gua hanya bisa kembali terdiam, melewatinya kembali saat berpapasan. Temen2 geng gua yang suka ember manggil nama gua ketika ada dia. Yang sebelumnya gua udah ngasih tau dia itu yang mana orangnya. Karena chat gua yang ga dibales, gua cuman bisa pasrah. Kalo chat gua udah di baca tapi ga bales, dan seterusnya ternyata ga dibales, yaudah simple. Dan sampailah di penghujung semester 1 yang gua lalui dan terbawa suasana sehingga dia udah ga gua pikirin lagi. Lupa.
--- Libur Semester Ganjil, 2 Minggu Kemudian ---
Masuk semester dua gua udah sepenuhnya lupa sama dia. ditambah perasaan galau yang saat itu gua baru putus. Dan setelah berjalan beberapa minggu akhirnya gua melihatnya, disuatu hari kalau tidak salah di lobby fakultas gua, dia lagi duduk bareng temen2nya dan jujur saja dia semakin cantik saja. Temen2 gua yang bareng gua juga mengiyakan. Tak lama dari situ, gua beranikan untuk mencoba menghubunginya lagi. Dan masih dengan respon yang sama. Padahal dia adalah perempuan yang gua perlihatkan ke mantan gua ketika bertemu. Dengan penuh pedenya gua perlihatkan fotonya yang gua ambil dari ignya. Yap gua mungkin udah ngelakuin hal yang bodoh.
Namun sama seperti semester sebelumnya, kedekatan gua ama dia juga ga bertahan lama. Hanya beberapa minggu sebelum akhirnya dia mengakhiri percakapan dengan perlakuan yang sama, dan gua dengan sifat yang sama. Dan lupalah gua ama dia dengan setumpuk tugas kuliah yang semakin sini memberatkan. Hingga akhirnya tiba liburan semester genap yang lama banget, hampir 3 bulan. Dan liburan itu gua manfaatkan pergi ke rumah temen gua yang ada di Bali. Dan kalau tidak salah, sempet pada saat masih di Bali, ketika ulangtahunnya lewat, gua ngucapin juga.
--- 3 bulan kemudian ---
Setelah sepenuhnya lupa dengan kedekatan gua ama dia, gua kembali pada kebiasaan gua. Kejadian yang terjadi yang melibatkan dia tidak banyak. Hanya saja di semester 3 ini gua kembali menghubunginya, awalnya hanya untuk memastikan. Kata temen2 gua untuk coba kontek lagi, kalo masih sama, fix. Gua turuti dan akhirnya sama. Sampe-sampe temen gua ikut kesel, dan temen gua coba berkenalan dengan dia dan melihat apa reaksinya sama dengan semua orang atau hanya ke gua. Awal2nya mereka nyambung karena bercerita tentang anime yang gua ga tau, tapi temen gua juga nyerah ga bisa ngeladeni tipe orang kayak dia. Dan temen gua memberikan salut ke gua, karena bisa bertahan sampai sejauh ini. Yang padahal tiap semester udah di php-in. Tapi tetep aja suka. Entahlah gua juga bingung, karena untuk menyukai seseorang terkadang alasan yang masuk akal saja tidak cukup. Lebih dari itu, kepercayaan.
Dan bisa ditebak akhir dari semester 3 ini bagaimana ? sama seperti sebelumnya. Berakhir di tangannya. Membiarkan waktu menghapus kembali kedekatan gua ama dia. Sampai pada akhirnya di semester 4 gua melihat fakta yang cukup menjatuhkan. Di ig-nya di statusnya, terlihat seorang cowok dengannya dan nama seorang cowok, fix dia udah punya cowok. Dan memastikan ke temen gua yang temennya temen dia, dan membenarkan berita itu. Jadi selama semester 4 itu, gua tidak kembali menghubunginya seperti semester sebelumnya.
Dan satu2nya kekesalan gua, gua kembali hanya bisa melewatinya ketika berpapasan. Melihatnya dari jauh, menundukan kepala saat berpapasan, dan entah dia kenal atau tidak, sepertinya cukup sampai disini. Terlebih dia juga udah punya cowok, jadi memang belum hinggap juga karena memang bungaku, wanginya belum sampai padanya.
--- Satu semester kemudian. ---
Melewati semester 4 seperti biasa-biasa saja. Hingga akhirnya masuk semester 5. Dan semua cerita ini ada kemajuan. Berawal dari berita bagus buat gua, duka buat dia. Gua kembali teringat ama dia. Dan mulailah gua stalking lagi hanya untuk memastikan bahwa dia ada, baik2 saja. Dan suatu keberuntungan buat gua ketika melihatnya kembali, foto bareng cowo dan status nama cowo udah engga ada. Ini menandakan bahwa sepertinya mereka putus. Dari situ gua ga langsung menghubungi. Memastikan apakah berita ini benar apa tidak. Gua ceritain ke temen2 gua, dan meminta bantuan temen gua yang temennya temen dia, buat nanyain kabar ini. Dan memang benar adanya, mereka udah putus. Dan berarti kesempatan gua terbuka kembali.
Gua coba kembali menghubunginya. Akan tetapi percakapan gua ama dia di semester 5 ini berbeda dari biasanya. Terkadang dia bales, kadang engga. Tapi beberapa hari kemudian gua kontek lagi, dia bales terus ilang lagi. Kalau semester sebelumnya, terus berlanjut beberapa minggu sebelum akhirnya dia menghilang dan gua ga ngabarin lagi.
Hingga akhirnya tiba momen terbaik yang pernah ada. Ketika itu lagi libur, tanggal merah karena perayaan hari raya idul adha. Gua lagi on facebook dan ternyata dia juga lagi on. Tanpa pikir panjang gua kembali menghubunginya di fb. Dan dia bales juga. Percakapan gua ama dia berlangsung menarik dan tidak terduga.
Bermula ketika gua nanyain apakah dia pulang ke rumah apa engga, dan ternyata dia pulang. Dan hari itu juga dia pergi lagi ke bandung dari rumahnya. Gua terus saja mengajukan pertanyaan demi pertanyaan demi tujuan gua agar tercapai. Dari jawabannya gua tau, kalo dia  lagi nunggu elf sejenis bis kecil yang tujuannya ke bandung. Sesampainya di bandung dia rencana naik angkot atau ojek buat ke kosannya. Karena temen kamarnya juga lagi pada mudik. Dari situ gua nawarin diri buat bisa jemput. Gua kasi alasan2 yang menggiurkan. Kalo naik angkot ribet, banyak naik turunnya soalnya jarang yang langsung satu arah. Naik ojek paling mahal doang. Dan responnya sangat baik, gua terusin aja. Dan dia sempet bingung malu gitu, dan belum memutuskan juga takut ngerepotin gua. Dalam hati ya gua gapapa yang penting bisa jalan ketemu ama dia yang udah jadi incaran gua dari semester 1. Bahkan gua nawarin kalo emang dia ga dapet bis buat balik lagi ke bandung, dengan rela gua jemput juga dari rumahnya. Tapi dia nolak. Dari percakapan itu juga gua kembali minta no hpnya untuk bisa memastikan, soalnya gua off kalo ga di kosan. 
Jadi selama percakapan itu belum pada satu kejelasan dia mau apa engga. Sampailah dia udah di bis dan bentar lagi nyampe. Dia bales chat gua dan memastikan apakah gpp gua jemput. Dengan jelas gua bales gpp. Dan menanyakan tempat dimana dia turun biar gua bisa nyampe sana duluan. Dia bales dan ngasih tau tempatnya sedangkan dia udah bentar lagi. Dari situ gua panik sekaligus kegirangan. Dia akhirnya mau gua jemput. Tanpa pikir panjang, gua langsung berangkat ke tempat yang udah ditentuin. Cepat selamat adalah moto gua pada saat itu.
Gua udah tiba di perempatan yang dia maksud. Belum ada kabar, gua pergi ke warung beli permen. Dan ada telpon masuk, nomer baru, dan ternyata dia nelpon. Pertama kalinya gua ngomong ama dia di telepon. Dia udah nyampe, dan gua disuruh ke depan pintu tol. Dan gua kabarin ke dia gua juga udah nyampe lagi menuju kesana. Di sepanjang perjalanan itu gua liat kiri kanan takutnya dia. Dan akhirnya gua menemukannya. Lagi berdiri di seberang jalan bareng bawaannya dan penumpang cowok lain. Gua muter balik dan mulailah saat2 paling menegangkan di dunia ini. Gua coba rileks biasa aja dan gua menghampirinya. Sedikit percakapan, dia naik udah siap. Kemudian kita langsung menuju arah kampus.
Di sepanjang perjalanan dia nanya itu ini, dan beda banget sama di chat. Dan dia juga ngasih alasan kenapa dia beda. Dan alasannya ya cukup masuk akal. Jadi gua iyain. Bercakap-cakap dan gua akhirnya nanyain rumahnya, dan gua sepertinya tau. Soalnya di pinggir jalan kata dia. Tibalah gua didepan kosannya. Hujan mulai turun rintik-rintik. Dan disepanjang perjalanan tadi gua berdoa jangan dulu turun hujan. Ketika udah nyampe gua bawain barangnya, dan menuju depan pintu. Dia pamit sambil ngasih oleh2 juga buat gua. Gua nerima dan gua juga pamit pulang. Gua pulang dengan hati riang. Seakan2 dunia lagi baik ama gua. Tapi sebentar lagi mau nyampe kosan gua, hujan udah gede. Dan gua keujanan juga sebentar. Dan akhirnya setelah 2 tahun/4 semester gua bisa face to face ama dia. Dan dia juga bisa tau gua yang mana orangnya.
Berlanjut percakapan di medsos. Reaksinya memang masih sama seperti sebelumnya cuman dia jadi agak lebih asik aja. Keesokan malam, kita lagi chatingan seperti biasa. Dan dia lagi nugas cuman belum makan ketika gua nanya itu. Dan gua ngingetin dia buat makan, tapi dia ga bisa keluar kalau udah jam malam. Gua nawarin akhirnya. Awalnya sedikit ada perbedaan pendapat tapi pada akhirnya gua beliin dan minta temen gua buat nemenin gua nganter makanannya. Gua tiba di depan pintu kosannya, dia keluar dengan setelan tidurnya, dan temen2 sekamarnya pada ngeliatin dari depan jendela. Sumpah malu banget gua, tapi seneng juga. Dan akhirnya gua pulang dan dia meneruskan tugasnya.
Dari situ pertemuan gua ama dia jadi sedikit intens. Lusa malemnya, karena alasan gua pengen ketemu cuman apa yang dijadikan objek buat kita ketemuan lagi, makan dia udah. Jadi beberapa malem ya pasrah ga bisa ketemu. Akhirnya gua ada ide. Dia punya printer di kamarnya dan pada malem itu gua butuh banget ngeprint buat besok pagi. Tugas dari dosen. Gua minta bantuannya dan dia mengiyakan. Akhirnya pas udah jadi, gua ambil berkasnya dan bayar harga ngeprintnya. Meskipun cuman sebatas ketemu ngobrol bentar dan kemudian pergi, rasanya udah cukup buat gua bisa ngelihatnya lagi. Kenapa?
Iya soalnya reaksi dia di chat bener2 berbeda 180 derajat dengan aslinya. Rasanya seperti mau putus asa menghadapinya di chat. Tapi ketika gua ketemu dia, perasaan itu ilang dan gua bener2 serius sama dia. Temen2 gua juga berkomentar, mereka sendiri bakal nyerah jika jadi gua.
Berkali-kali gua juga ngajak ketemuan ama dia tapi ga ada objek dan dia ga mulai sibuk juga. Nawarin buat nemenin dia pergi, dia nolak. Dan gua harus sabar menghadapinya di chat. Perasaan gua serasa berkurang, dan butuh di cas dengan ketemu ama dia. Buat mastiin bahwa apa yang gua perjuangin tidak sia-sia.
Hingga akhirnya pada suatu malam ketika kita berbicara masalah tugas akhir kita/skripsi gua nawarin dia buat ada di daftar terimakasih. Dan sampai saat inipun gua bakal nepatin janji itu, entah kalau dia. Dari situ percakapan gua udah mulai ke masalah serius. Dan akhirnya terkirimlah balesan gua yang bikin dia marah. Dan dari situ, dia bilang takut ama gua. Gua tercengang ga bisa berkata apa2. Dan itulah balesan terakhirnya. Gua bales berkali-kali tetep ga ada respon. Sehari dua hari bahkan seminggu sebulan dia ngilang gitu aja. Ga ngasih tau alasan yang jelas kenapa dia seperti itu. Gua cerita ke temen2 gua, dan memang gua akui kalo pertanyaan itu memang bodoh, tapi ada alasan tersendiri kenapa gua bertanya seperti itu.
Akhirnya gua minta bantuan ke temen gua yang temennya temen dia, temen gua bilang ga mau terlibat dan dia nyerahin temennya itu biar langsung di chat ama gua. Gua chat deh temennya dia, dan akhirnya dari situ gua sadar. Dia emang takut ama gua, entah. Dan setelah gua udah ga chatingan lagi ama dia, ternyata karena dia udah ada gebetan baru. Oke, mungkin cukup sampai disini.
Dan gua berpikir untuk berhenti memikirkannya, melupakan tentangnya. Hanya saja di kampus gua jadi sering ketemu sama dia. Bukan ketemu, tapi gua bisa dengan jelas melihatnya tapi dia ga liat gua. Sering ketika setiap hari senin sore, dia ada kelas di lantai dua. Sedangkan gua di lantai 4, gua bisa liat dia dari atas. Menatapnya penuh menyayangkan, “kenapa ?”. Padahal gua tulus, kalo gua salah bilang apa yang ga suka dari gua bilang jadi apapun hubungannya bisa bertahan. Karena memang harus menuntut, jangan sukai apa adanya. Sama kek lagu Tulus.
Gua juga kebilang kadang sering papasan ama dia, tapi waktunya malem. Jadi ketika dari jauh gua liat dia, pada saat papasan kebiasaan dulu tidak berubah setelah kedekatan itu. Gua nunduk menghindarinya. Atau bahkan berjalan seperti tidak mengenalnya dan tidak melihatnya. Pernah suatu hari, ketika gua beres kuliah dan berjalan keluar melewati lobby, dia ada duduk di arah depan gua. Sambil memainkan hpnya. Gua terus berjalan hingga pada akhirnya temen gua yang lagi bareng  gua berhenti, sekitar 3-4 meter di depannya. Temen gua berhenti karena rasanya tertinggal sesuatu. Sebelum dia menyadari gua, gua langsung membalikkan badan membelakanginya dan pada saat itu temen cewek kelas gua manggil nama gua dengan lantang. Dalam hati ingin berkata kasar. Cuek aja, dan akhirnya gua ama temen gua kembali ngecek kelas dan gua ga jadi melewatinya.
Sampai akhir semester 5 gua udah ga berhubungan lagi ama dia. Sempet ketika dia on fb, gua chat lagi tapi dia ga bales bahkan ga diliat. Ya sepertinya memang udahan. Penantian panjang gua, sempet dia menyadari wangi bunga gua dan perlahan mendekati gua. Tapi dia kembali terbang tepat sesaat sebelum dia hinggap.
Tibalah di semester 6 ini dan sepertinya bakal sama seperti semester 4 lalu, tanpa ada kontekan satupun. Dan sejauh ini gua ga pernah lagi melihatnya. Ingin rasanya kembali ke masa itu. Sungguh sangat disesalkan. Gua hanya bisa kembali bernostalgia dengan semua pesan yang telah di bales, chat yang pernah dia bales. Gua pernah bonceng dia pake motor gua, jemput dia, nganterin makan, ngambil tugas dari dia, meskipun bukan sesuatu yang luar biasa tapi bagi gua itu lebih dari biasa. Rasanya menunggu dari semester  1 terbayarkan. Meskipun sekarang harus direlakan.
Entah apa yang akan terjadi kedepannya  ya semoga saja dia dapet yang lebih baik dari gua. Sama seperti mantan-mantan gua yang pada akhirnya menemukan pengganti gua yang lebih baik. Mungkin baiknya gua itu, membuat mereka sakit sebelum akhirnya mereka senang. Gua harap dia juga bisa seperti mereka. Hanya saja jika gua dikasih kesempatan satu kali lagi, pasti bakal gua terima. Meskipun dia udah berbuat seperti cerita diatas tapi gua bakal dengan senang hati menerimanya kembali. Tanpa memperdulikan cacian temen2 gua tentang dia tentang gua. 

Sekian.

Minggu, 19 Februari 2017

J O M B L O

Jomblo adalah sebuah status masa kini yang dimana seseorang tidak mempunyai pasangan yang dalam artian tidak mempunyai pacar. Karena istilah jomblo tidak berlaku bagi mereka yang sudah menikah kemudian bercerai, beda lagi istilahnya ada duda ataupun janda. Jadi keadaan jomblo hanya berlaku sampai dia menikah, setelah menikah otomatis dia tidak akan mengalami nasib jomblo lagi walaupun dia nantinya bercerai.

A Name of a Story 2

Neisyara Hanandya Setyana, itulah nama yang akhirnya gw dan istri gw berikan. Lahir di RS Hermina Bekasi Februari 2025. Anak pertama dari in...