Sebelumnya gue mau ngucapin selamat hari ulang tahun republik indonesia ke 69. dirgahayu RI, semoga negara tercinta kita ini bisa menjadi negara yg seutuhnya merdeka. Merdeka dari kemiskinan semua lini yang ada di negara ini. Ayo sama2 kita ciptakan indonesia yg sesungguhnya dengan semangat nasionalisme dan patriotisme,.
Bertepatan dengan HUT RI ini gue mau bercerita sedikit pengalaman gue saat mengisi kemerdekaan ini. Cerita ini gue susun dari mulai kecil sampai dengan sekarang.
Gue udah mengalami 18 kali RI ini merayakan ulangtahunnya. Dimulai gue lahir pada tahun 1996 dan skarang tahun 2014. Lantas apa yg udah gue berikan sama negara ini ?? Jawabannya adalah nihil .
Waktu gue kecil, gue selalu merayakan HUT RI ini di lapang dekat rumah gue dan saaat itu semua sudut lapang dipenuhi orang dan yg berjualan. Dan gue ga pernah absen untuk melewatkan saat2 upacara itu. Yg gue inget adalah gue paling suka ikutan karena selalu ada yg menarik. Banyak orang berkumpul dari sekolah dasar sampai sekolah menengah dan rakyat biasa. Ada drumband nya, ada juga yg paling menarik adalah saat orang2 kampung membuat aneka macam kreatif ada yg bkin tank padahal dari gerobak, pesawat tempur dan aksesoris lainnya serta berbagai aneka rumah2an yg semuanya berisikan makanan kecil utnuk menjadi rebutan dan tak ketinggalan anak2 mewarnai sepeda mereka dengan aneka perhiasan serba merah putih. Semaraklah acara HUT RI di kampung gue.Setelah upacara itu semua orang kembali ke daerahnya masing2, dan mengadakan acara masing2. Di kampung gue selalu ada acara yg menjadi tradisi. Diadakan berbagai lomba tradisional yg tak lazim, seperti balap karung dll. Dan acara puncaknya yaitu pada saat semua lelaki berjuang memanjat pinang atau lebih dikenal dikampung gue dengan sebutan naek jambe. Gue selalu ikutan dan terkadang memenangi pertandingan. Yg gue inget gue selalu menang kalo lomba memecahkan plastik berisi air dengan menutup mata. Dan gue berhasil mendapatkan sabun cuci dari panjat pinang. Bertahun2 gue mengikuti acara itu. Dan bertahun2 pula gue upacara di kampung gue yg ga pernah ada bosannya. Sampai pada akhirnya ketika gue masuk SMP, gue harus mengikuti 17an di pangandaran di kampung orang lain. Dan disaat itu gue pengen pulang untuk mengikuti upacara di kampung gue namun ga keburu gua hanya bisa ikutan lombanya aja.
Pada tahun selanjutnya tujuh belasan itu bertepatan saat kita berpuasa dan gue selalu menghabiskan 5 tahun agustusan di pangandaran dalam keadaan berpuasa. Gue udah ga menemukan kehebohan itu hampir di setiap lapang. ga ada lg lomba2 ketika gue pulang juga. Gue pengen kembali ke saaat itu diamana semua orang ramai dengan pedagang sebagai hiasan bergelimpahan. Tapi hue harus bersabar menunggu waktu itu, dan tibalah tahun kemarin hanya saja gue ga ikutan upacara karena belum ramai tetapi ada perlombaan seperti biasa namun hanya untuk anak kecil. Anak SMA seusia gue mana boleh ikut lagian malu. Dan waktu kedua itu adalah sekarang saat dimana sudah tidak berpuasa lg dan gue yakin orang2 udah mempersiapkan pernak-pernik seperti 6 tahun yg lalu. Tapi mau dikata apa? Gue ga bisa ikut upacara dikampung gue karena skrng gue juga udah menjadi Mahasiswa dan gue ikut upacara di kampus gue di bandung. Kata nyokap tadi seru banget banyak kehebohan lg terjadi tapi kenapa gue ga ada diantara mereka ?!
Lain cerita, rumah gue ga pernah ngibarin bendera seperti orang2 yg membuat umbul2. Gue engga, dari kecil juga udah engga soalnya bokap suka ada tamu jadi ga pernah ada yg nyari bambu kecilnya. Jadi ketika semua rumah ramai oleh bendera2 rumah gue hanya merungkuk karena ga bisa, tapi bukan masalah itu yg penting bagaimana kita mengisi kemerdekaan mungkin salah satunya dengan cara itu tetapi bukan hanya itu.
Dan tujuh belasan yg paling berkesan sepanjang hidup gue dan paling menyentuh kedalam sanubari gue ketika gue kelas 2 SMA saat itu gue berperan aktif sebagai paskibra wilayah pangandaran dan gue mengibarkan bendera di depan warga pangandaran. Sebelumnya gue udah ikutan seleksi paskibraka gue juga pengen mengibarkan bendera di istana merdeka namun tuhan berkehendak lain jangankan nasional dikabupaten pun gue ga lolos dan dengan besar hati gue hanya mengibarkan di kecamatan kalipucang di depan camatnya. Dan ada kebanggaan tersendiri ketika itu gue menjadi pemimpin pasukannya. Pada saat itu agustus sedang dilanda bulan romadhon jadi gue latihan sepanjang hari selama 1 bulan sebelum tanggal 17 penuh bulak balik pangandaran-kalipucang. ditengah terik matahari dan gue selalu mengeluarkan suara gue karena menjadi komandan tapi tidak membatalkan puasa gue, gue akuin emang capek tapi selesei latihan itu sore hari dan ketika nyampe rumah udah tinggal buka jadi ga ada alaasn buat ga puasa. Dan akhirnya hari 17 itu tiba, dan gue hrus berangkat subuh ke pangandaran untuk persiapan di dandani dan upacara biasa. Kita layaknya raja yg apa2nya selalu dituruti oleh kakak senior paskibra yg sebelumnya merupakan pelatih dengan sikap yg menakutkan berubah menjadi lembut dan sopan. Ketika waktunya sudah siap, kita berjalan dengan langkah tegap menuju dekat lapang upacara. Dan saat bagian pengibaran itu kita semua sudah siap untuk menjalankan tugas. Dan tibalah saat itu, dimana kita semua menjadi sorotan mata setiap peserta. Gue yg menjadi pemimpin gugup tapi karena latihan gue harus bisa. Dan beraksilah gue di depan semua orang dengan memakai baju puting kopeah dengan lambang garuda dan kerah merah sarung tangan semua sama seperti yg ada di istana. Dan ketika siap gue berdiri ditengah di depan ribuan massa dan didepan jajaran pemerintahan pangandaran melakukan upacara penaikan bendera, Saat itu perasaan itu tidak bisa digambarkan ketika 'bendera siap' dan suara musik lagu kebangsaan merasuk kedalam jiwa gue dengan menyaksikan langsung bendera itu naik. hanya bisa berdiam karena gue harus menjaga sikap. dan tak lama selesei guepun mengomando untuk kembali ke tempat asal. Setelah itu kita disambut dengan ucapan selamat dari para senior yg lain upacara gue udah enak menjalankan tugas negara. Dan tugas itu belum selesei, apalgi ? yaitu pada saat nanti upacara penurunan bendera. smua sama aja hanya pesertanya tidak sebanyak tadi hanya orang2 yg berhenti sejenak di pinggir jalan untuk menyaksikan upacara penurunan. dan seleseilah rangkaian tugas gue dan disitu pulalah berakhirnya karir gue sebagai paskibra karena tahun esoknya gue memilih pensiun tidak lg melatih dan mengisi kemerdekaan.
Itulah saat dimana gue berhasil mengisi kemerdekaan dengan kebanggaan. Semoga kedepannya meskipun sebagai orang biasa yg ikut upacara di kerumunan massa, tapi gue udah berhasil dalam hal kehidupan dan mengisi kemerdekaan itu bisa dilakukan dengan banyak cara yg positif ..
Bertepatan dengan HUT RI ini gue mau bercerita sedikit pengalaman gue saat mengisi kemerdekaan ini. Cerita ini gue susun dari mulai kecil sampai dengan sekarang.
Gue udah mengalami 18 kali RI ini merayakan ulangtahunnya. Dimulai gue lahir pada tahun 1996 dan skarang tahun 2014. Lantas apa yg udah gue berikan sama negara ini ?? Jawabannya adalah nihil .
Waktu gue kecil, gue selalu merayakan HUT RI ini di lapang dekat rumah gue dan saaat itu semua sudut lapang dipenuhi orang dan yg berjualan. Dan gue ga pernah absen untuk melewatkan saat2 upacara itu. Yg gue inget adalah gue paling suka ikutan karena selalu ada yg menarik. Banyak orang berkumpul dari sekolah dasar sampai sekolah menengah dan rakyat biasa. Ada drumband nya, ada juga yg paling menarik adalah saat orang2 kampung membuat aneka macam kreatif ada yg bkin tank padahal dari gerobak, pesawat tempur dan aksesoris lainnya serta berbagai aneka rumah2an yg semuanya berisikan makanan kecil utnuk menjadi rebutan dan tak ketinggalan anak2 mewarnai sepeda mereka dengan aneka perhiasan serba merah putih. Semaraklah acara HUT RI di kampung gue.Setelah upacara itu semua orang kembali ke daerahnya masing2, dan mengadakan acara masing2. Di kampung gue selalu ada acara yg menjadi tradisi. Diadakan berbagai lomba tradisional yg tak lazim, seperti balap karung dll. Dan acara puncaknya yaitu pada saat semua lelaki berjuang memanjat pinang atau lebih dikenal dikampung gue dengan sebutan naek jambe. Gue selalu ikutan dan terkadang memenangi pertandingan. Yg gue inget gue selalu menang kalo lomba memecahkan plastik berisi air dengan menutup mata. Dan gue berhasil mendapatkan sabun cuci dari panjat pinang. Bertahun2 gue mengikuti acara itu. Dan bertahun2 pula gue upacara di kampung gue yg ga pernah ada bosannya. Sampai pada akhirnya ketika gue masuk SMP, gue harus mengikuti 17an di pangandaran di kampung orang lain. Dan disaat itu gue pengen pulang untuk mengikuti upacara di kampung gue namun ga keburu gua hanya bisa ikutan lombanya aja.
Pada tahun selanjutnya tujuh belasan itu bertepatan saat kita berpuasa dan gue selalu menghabiskan 5 tahun agustusan di pangandaran dalam keadaan berpuasa. Gue udah ga menemukan kehebohan itu hampir di setiap lapang. ga ada lg lomba2 ketika gue pulang juga. Gue pengen kembali ke saaat itu diamana semua orang ramai dengan pedagang sebagai hiasan bergelimpahan. Tapi hue harus bersabar menunggu waktu itu, dan tibalah tahun kemarin hanya saja gue ga ikutan upacara karena belum ramai tetapi ada perlombaan seperti biasa namun hanya untuk anak kecil. Anak SMA seusia gue mana boleh ikut lagian malu. Dan waktu kedua itu adalah sekarang saat dimana sudah tidak berpuasa lg dan gue yakin orang2 udah mempersiapkan pernak-pernik seperti 6 tahun yg lalu. Tapi mau dikata apa? Gue ga bisa ikut upacara dikampung gue karena skrng gue juga udah menjadi Mahasiswa dan gue ikut upacara di kampus gue di bandung. Kata nyokap tadi seru banget banyak kehebohan lg terjadi tapi kenapa gue ga ada diantara mereka ?!
Lain cerita, rumah gue ga pernah ngibarin bendera seperti orang2 yg membuat umbul2. Gue engga, dari kecil juga udah engga soalnya bokap suka ada tamu jadi ga pernah ada yg nyari bambu kecilnya. Jadi ketika semua rumah ramai oleh bendera2 rumah gue hanya merungkuk karena ga bisa, tapi bukan masalah itu yg penting bagaimana kita mengisi kemerdekaan mungkin salah satunya dengan cara itu tetapi bukan hanya itu.
Dan tujuh belasan yg paling berkesan sepanjang hidup gue dan paling menyentuh kedalam sanubari gue ketika gue kelas 2 SMA saat itu gue berperan aktif sebagai paskibra wilayah pangandaran dan gue mengibarkan bendera di depan warga pangandaran. Sebelumnya gue udah ikutan seleksi paskibraka gue juga pengen mengibarkan bendera di istana merdeka namun tuhan berkehendak lain jangankan nasional dikabupaten pun gue ga lolos dan dengan besar hati gue hanya mengibarkan di kecamatan kalipucang di depan camatnya. Dan ada kebanggaan tersendiri ketika itu gue menjadi pemimpin pasukannya. Pada saat itu agustus sedang dilanda bulan romadhon jadi gue latihan sepanjang hari selama 1 bulan sebelum tanggal 17 penuh bulak balik pangandaran-kalipucang. ditengah terik matahari dan gue selalu mengeluarkan suara gue karena menjadi komandan tapi tidak membatalkan puasa gue, gue akuin emang capek tapi selesei latihan itu sore hari dan ketika nyampe rumah udah tinggal buka jadi ga ada alaasn buat ga puasa. Dan akhirnya hari 17 itu tiba, dan gue hrus berangkat subuh ke pangandaran untuk persiapan di dandani dan upacara biasa. Kita layaknya raja yg apa2nya selalu dituruti oleh kakak senior paskibra yg sebelumnya merupakan pelatih dengan sikap yg menakutkan berubah menjadi lembut dan sopan. Ketika waktunya sudah siap, kita berjalan dengan langkah tegap menuju dekat lapang upacara. Dan saat bagian pengibaran itu kita semua sudah siap untuk menjalankan tugas. Dan tibalah saat itu, dimana kita semua menjadi sorotan mata setiap peserta. Gue yg menjadi pemimpin gugup tapi karena latihan gue harus bisa. Dan beraksilah gue di depan semua orang dengan memakai baju puting kopeah dengan lambang garuda dan kerah merah sarung tangan semua sama seperti yg ada di istana. Dan ketika siap gue berdiri ditengah di depan ribuan massa dan didepan jajaran pemerintahan pangandaran melakukan upacara penaikan bendera, Saat itu perasaan itu tidak bisa digambarkan ketika 'bendera siap' dan suara musik lagu kebangsaan merasuk kedalam jiwa gue dengan menyaksikan langsung bendera itu naik. hanya bisa berdiam karena gue harus menjaga sikap. dan tak lama selesei guepun mengomando untuk kembali ke tempat asal. Setelah itu kita disambut dengan ucapan selamat dari para senior yg lain upacara gue udah enak menjalankan tugas negara. Dan tugas itu belum selesei, apalgi ? yaitu pada saat nanti upacara penurunan bendera. smua sama aja hanya pesertanya tidak sebanyak tadi hanya orang2 yg berhenti sejenak di pinggir jalan untuk menyaksikan upacara penurunan. dan seleseilah rangkaian tugas gue dan disitu pulalah berakhirnya karir gue sebagai paskibra karena tahun esoknya gue memilih pensiun tidak lg melatih dan mengisi kemerdekaan.
Itulah saat dimana gue berhasil mengisi kemerdekaan dengan kebanggaan. Semoga kedepannya meskipun sebagai orang biasa yg ikut upacara di kerumunan massa, tapi gue udah berhasil dalam hal kehidupan dan mengisi kemerdekaan itu bisa dilakukan dengan banyak cara yg positif ..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar