Minggu, 20 Agustus 2017

Menyukai dalam Diam

Entah kenapa aku sering memikirkan tentang dia. Teman sekolahku dulu. Bukan tanpa alasan, karena memang akhir-akhir ini kami mulai kembali akrab. Ya, sebelumnya memang sempat akrab sebelum semuanya terlambat.

Awalnya kami tidak saling kenal. Hanya mengagumi dari jauh dan berharap aku bisa mengenalnya. Aku sering merasa iri dengan mereka yang sudah mengenalnya. Tapi apalah daya, aku bukan seorang yang populer di kalangan perempuan yang dapat dengan mudah bergaul dengan perempuan cantik meskipun tidak saling kenal. Aku hanya seorang yang menyukai dalam diam. Membiarkan waktu yang berbicara. Jika waktu menolak, seiring berjalannya waktu aku akan melupakannya. Tapi waktu berkata lain, memberikan kesempatan untukku untuk mengenalnya.
Dan harapanku benar-benar menjadi kenyataan. Karena suatu alasan, aku bisa mengenalnya dan dia bisa mengetahuiku. Bahkan setiap hari aku bisa melihatnya. Tapi bukan berarti aku dengan mudahnya berbicara dengannya, bahkan menyapanya pun saja aku masih gugup. Menurutku orang yang menyukai seseorang akan bertingkah beda ketika berhadapan dengan orang yang disukainya. Ya, setidaknya itu yang terjadi padaku. Sulit bagiku untuk bisa berbicara biasa saja dengannya. Padahal dengan teman perempuan lainnya aku dengan mudahnya berbicara. Mungkin salah satunya adalah aku tidak ingin menjadi pusat perhatian. Semua teman-temanku pasti ingin mendekatinya karena memang dia cantik.
Tapi seiring berjalannya waktu, aku dan dia menjadi akrab. Dan teman-teman yang lainpun melihatnya biasa saja. Berbicara dengannya sudah biasa bagiku. Hanya saja sebatas itu. Keberuntunganku tidak sampai disitu, aku mulai mendekatinya di sosial media dan dia meresponku dengan baik. Bahkan dia menawariku nomer handphone agar aku bisa menghubunginya. Dan aku merasa nyaman saat berkomunikasi via perangkat. Terdengar tidak gentle, tapi it’s okey.
Berawal dari situ, kami mulai akrab. Berbagi cerita panjang lebar dan terkadang saat berhadapanpun aku sudah berani dan aku sering mengobrol dengannya. Hingga suatu hari, kami pergi berlibur ke luar kota selama beberapa hari. Ingin rasanya, duduk di sampingnya. Tapi aku tidak ingin menjadi perhatian semua orang. Aku menghindari itu. Karena saat orang-orang sekitarmu mengetahui kemudian di sebarkan, aku dan dia akan merasa lebih canggung. Dan itu yang aku hindari.
Selama beberapa hari di luar kota itu, aku senang sekali bisa bersamanya meskipun hanya beberapa saat. Memperhatikannya dari jauh dan aku senang saat dia tersenyum lepas. Aku putuskan aku menyukainya. Kemudian lebih mendekatinya agar dia mengetahui semua ini ada alasan tertentu.
Sampai akhirnya, seorang temanku curiga kalau aku menyukai dia. Perjalanan pulang berlibur, dia menghubungiku dan dia menanyakan sesuatu yang sensitif meskipun menggunakan bahasa yang lain. Aku mengetahui maksud dari pertanyaan ini. Inilah kesalahan terbesarku. Menyembunyikan perasaanku agar semuanya tetap berjalan seperti seharusnya. Karena ada orang yang sudah mengetahui perasaanku, mengurungkan niatku untuk mendekatinya lagi. Aku juga merasa kalau dia mungkin menganggapku biasa saja, sama seperti teman pada umumnya. Keadaanku waktu itu juga sangat menakutkan, siapa yang mau  denganku? Berteman dan akrab saja aku sudah senang. Mengharapkannya lebih dari itu aku sudah egois.
Hingga akhirnya aku mendengar kabar bahwa dia sudah dimiliki orang lain yang memang sepadan dengan dia. Setiap hari mendengar keluhannya, ceritanya bersama orang itu. Aku hanya mendengarkan dan mendukungnya. Ingin rasanya melupakannya tapi sulit ternyata. Dia seorang perempuan yang cantik, baik, putih, tinggi, tulisan tangannya rapih, meskipun tidak bisa olahraga, rankingnya dibawahku, sukanya ngobrol, kekanak-kanakan pula, polos, dan seperti itulah dia di mataku. Dan aku menyukainya.
Sampai dia menghubungi ku dan kali pertamanya lagi aku bertemu dengannya setelah beberapa tahun tidak bertemu. Bersalaman dan berbicara yang membuatku gugup. Dan dari situlah aku kembali akrab dengannya meskipun hanya sebatas via perangkat. Mungkin sepertinya akan berujung seperti sebelumnya. Ingin rasanya mengungkapkannya agar dia mengetahui, tapi ada resiko yang mungkin harus aku ambil. Karena kemungkinan besar penolakan dari pada penerimaan, dan jika itu terjadi aku akan lebih canggung dengannya. Mungkin keakraban kami berhenti sampai disitu. Jika aku tidak mengungkapkannya, keakraban kita tidak ada perkembangan lebih lanjut. Seiring berjalannya waktu pada akhirnya juga berhenti tanpa dia mengetahui perasaanku.
Bagaimana menurutmu?

A Name of a Story 2

Neisyara Hanandya Setyana, itulah nama yang akhirnya gw dan istri gw berikan. Lahir di RS Hermina Bekasi Februari 2025. Anak pertama dari in...